MASIH ingat dengan iklan salah satu deterjen? Dengan tagline: Berani Kotor Itu Baik? Tagline ini sempat memancing protes karena ambiguitas (keburaman, dua definisi yang paradoksial) di dalamnya. Pembikin iklan kepingin memasyarakatkan tak hanya produk, melainkan pesan, bahwa setiap anak akan belajar setelah ia mendapatkan hal-hal yang bersifat kotor. Jelasnya, pakaian yang menjadi kotor setelah menolong kucing, baju yang dikotori noda buah setelah menolong seorang nenek yang kehilangan keranjang belanjaan.
Sementara dalam pemahaman orang dewasa, tagline itu dapat diharafiahkan sebagai orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang baik. Atau bisa juga ditafsirkan lebih aman sebagai seseorang yang akan mendapat pembelajaran setelah melakukan kesalahan. Apakah ini berhasil? Dengan tingkat pemahaman masyarakat awam yang di bawah rata-rata mungkin? Saya tidak pernah tahu riset kalau tagline itu mampu meningkatkan jumlah penjualan. Namun di sisi lain yang saya rasakan adalah: sesuatu yang menggelikan.
Lux adalah salah satu iklan mewah dengan tagline yang juga mewah. Pada salah satu iklannya, Lux berujar (kalau tidak salah) Semakin cantik dari hari ke hari (kalau saya salah mohon dikoreksi). Tapi saya tidak lupa dengan frase ‘dari hari ke hari’. Yang artinya: akan semakin cantik atau wangi dengan proses, tidak instan, perlu waktu. Sadar akan kesalahan ini, Lux mengubahnya dengan: Semakin cantik setiap hari. Tagline yang biasa dan sangat pasaran. Namun ini lebih dimengerti masyarakat. Jauh dari tagline awal yang memang menurut saya lebih artistik namun sarat ambiguitas.
Berujung pada kasus yang lebih baru, sebuah iklan memasang tagline-nya dengan: Jagalah Ia Seperti Emas. Iklan produk susu itu mencoba meyakinkan calon produsen bahwa betapa sangat penting menjaga buah hati. Makanya perlu diberi nutrisi dan makanan yang baik (termasuk susu, misi dari sang iklan).
Namun saya terpekik ketika anak-anak (buah hati) diasosiasikan dengan benda (material), yakni emas, yang selama ini dinilai sebagai material paling berharga. Namun benarkah demikian?
Maksud saya benarkan setiap orang memperlakukan emas seperti memperlakukan anak sendiri? Bukankah tagline itu terdengar sangat jetset, hanya untuk menengah ke atas dan terkesan arogan. Mungkin masyarakat awam hanya akan mengangguk dan membenarkan. Sebagian tak mengerti dan mengenyahkan. Tapi lihat, sederhananya hanya Paman Gober yang memperlakukan emas seperti anak sendiri. Lebih sederhana lagi emas bukanlah buah hati. Jadi menurut saya, tagline itu sangat-sangat menggelikan.
Samandayu
Jagalah Ia Seperti Emas: Tagline Iklan yang Ambigu Whooila! unik dan aneh
Reviewer: Administrator Whooila - ItemReviewed: Jagalah Ia Seperti Emas: Tagline Iklan yang Ambigu
Rating: 5
Sumber Artikel
Apakah Anda Menyukainya? Jangan lupa Klik Tombol Suka :
:: Berita Terkait | :: Kirim Komentar Anda :: |
|
:: KOTAK KOMENTAR ANDA ::